Selasa, 07 Januari 2014

Dongeng Timun Mas


Alkisah pada zaman dahulu kala di sebuah tepian hutan belantara hiduplah sepasang Kakek – Nenek Tua pencari kayu bakar yang sangat merindukan kehadiran seorang anak, yang di rasakan takkan mungkin akan mereka dapatkan di usianya yang senja. Suatu ketika bertemulah mereka dengan sosok Raksasa di tengah hutan yang dapat memenuhi keinginan mereka agar dapat memiliki seorang anak. Namun dengan satu syarat bahwa kelak jika anak itu telah genap berusia 17 tahun, maka sang Raksasa itu pun akan datang kembali untuk mengambilnya dan menjadikannya sebagai santapannya.
Sang Raksasa hutan itu pun lalu memberikan sebungkus biji mentimun kepada mereka, dan tanpa pikir panjang lagi pasangan Kakek – Nenek Tua itu pun dengan senang hati menerima bungkusan biji mentimun pemberian sang Raksasa, serta bersedia menyetujui persyaratan yang di minta oleh sang Raksasa. Singkat cerita segera di tanamlah biji-biji mentimun pemberian sang Raksasa tadi di kebun milik mereka. Dan setelah berbulan – bulan sabar menunggu panen mentimun, ternyata di temukan suatu keanehan pada salah satu buah mentimun hasil panenan mereka. Yang mana salah satu di antaranya besar buahnya dan berwarna kuning keemasan.
Dengan harap cemas bercampur penasaran maka di bukalah buah mentimun itu dengan penuh kehati – hatian sesampainya mereka di rumah. Dan betapa terkejutnya mereka mengetahui bahwa ternyata terdapat seorang bayi perempuan di dalamnya….” Dengan hati riang gembira mereka berdua pun kemudian memelihara bayi mungil itu dan memberi nama : Timun Mas padanya. Dan anak perempuan itu kian lama kian tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang cantik jelita. Semakin mendekati usianya yang ke 17 tahun, maka semakin teringatlah sang Kakek dan Nenek Tua itu akan perjanjiannya dengan sang Raksasa penguasa hutan. Yang sudah barang tentu membuat hati keduanya merasa sedih dan berduka jika mengingatnya.
Ditengah kebingungan dan rasa takut kehilangan puteri satu – satunya yang sangat mereka cintai itu, maka pergilah mereka menemui seorang Pertapa Sakti, yang tengah tekun bertapa di dekat sebuah puncak gunung. Dan tanpa di duga sang Pertapa Sakti itu pun ternyata sudah mengetahui maksud kedatangan mereka. Tanpa banyak bertanya sang Pertapa Sakti itu pun lalu memberikan sebuah bungkusan kepada pasangan Kakek – Nenek Tua itu, yang dapat di pergunakan sebagai senjata untuk menghadapi Raksasa hutan pemakan manusia itu. Dengan hati gembira mereka pun pulang kembali ke pondok mereka di tepi hutan dan menyimpan dengan baik bungkusan yang telah di berikan sang Pertapa Sakti itu kepada mereka.
Tak terasa genaplah kini Timun Mas menginjak usia ke 17 tahunnya. Sesuai batas waktu perjanjian maka datanglah sang Raksasa ke pondok mereka untuk menagih janji kepada kedua orang tuanya, yaitu memberikan Timun Mas sebagai santapannya pada usianya yang ke 17 tahun. Namun ternyata sang Kakek dan Nenek Tua itu bersikeras melindungi puteri kesayangannya Timun Mas, seraya memberikan bungkusan dari sang Pertapa Sakti agar di pergunakan sebagai senjata oleh Timun Mas untuk menghadapi sang Raksasa penguasa hutan. Lalu berlarilah Timun Mas menyelamatkan diri atas petunjuk kedua Orang Tuanya. Yang tentu saja hal ini membuat sang Raksasa kian murka dan memporak – porandakan pondok tempat tinggal mereka. Sang Raksasa yang kelaparan itu pun lantas mengejar Timun Mas, yang berusaha lari sembunyi menyelamatkan diri.
Dalam pelariannya itu maka di tebarlah isi bungkusan yang pertama yaitu biji – biji mentimun yang seketika berubah menjadi hamparan luas ladang mentimun yang berdaun dan berbuah sangat lebat…” Sang Raksasa yang kelaparan itu pun tanpa tedeng aling – aling segera menyantap buah – buah mentimun di hamparan ladang nan luas itu hingga kekenyangan bahkan membuatnya tertidur sejenak. Namun kemudian dia pun terbangun dan tetap mengejar kembali Timun Mas dengan langkah – langkah kakinya yang panjang. Melihat sang Raksasa mengejarnya kembali, maka Timun Mas pun terus berlari sambil menaburkan isi dari bungkusan yang kedua yaitu Jarum, dan segeralah taburan jarum – jarum itu menjelma menjadi rimbunnya hutan bambu yang berduri – duri tajam. Hal ini cukup menghambat langkah pengejaran yang di lakukan sang Raksasa, oleh karena kakinya sering tertusuk duri – duri tajam rimbunya hutan bambu. Namun hal itu tak membuatnya jera dan terus berusaha mengejar buruannya.
Melihat sang Raksasa dapat berhasil keluar dari hutan bambu jebakan itu, Timun Mas pun kembali berlari menyelamatkan diri dan mengeluarkan seraya menaburkan isi bungkusan yang ke tiga yaitu Garam, dan seketika berubah menjadi lautan yang amat Luas.  Sang Raksasa pun kembali tercenggang demi melihat lautan luas di hadapannya, sementara si Timun Mas tengah berada di seberangnya. Dengan wajah yang kian buas dan marah, sang Raksasa pun tak mau kalah, lalu berusaha berenang menyebranginya mengejar Timun Mas.  Dan ternyata Raksasa itu pun berhasil menyebrangi lautan nan luas itu. Dalam ketakutan dan puncak keletihannya demi melihat keberhasilan sang Raksasa menyebrangi lautan jebakannya serta kembali menyusulnya, maka Timun Mas pun pasrah dengan isi bungkusan terakhirnya yaitu : Terasi.
Sambil menangis dan berlari ketakutan akhirnya ia pun menaburkan isi bungkusan terakhirnya Terasi, yang seketika menjelma menjadi sebuah danau lumpur panas yang mendidih. Dengan congkak dan tertawa terbahak – bahak sang Raksasa pun berniat kembali menyebrangi danau lumpur panas itu demi mendapatkan daging buruannya. Namun ternyata kali ini sungguh di luar dugaanya. Sesampainya sang Raksasa di tengah danau lumpur panas itu, ternyata ia tak mampu lagi untuk berenang. Semakin Ia berusaha untuk berenang, justru tubuh besarnya itu pun kian lama kian terhisap kedalam lumpur panas itu hingga tenggelam dan tak muncul – muncul lagi.
Melihat sang Raksasa pemburu itu tak muncul – muncul lagi, maka legalah kini hati si Timun Mas dan berniat kembali pulang ke Pondoknya. Sesampainya di rumah alangkah bahagia dan gembiranya hati kedua orang tuanya demi melihat sang puteri kesayangannya, ternyata Selamat dari kejaran sang Raksasa hutan pemangsa manusia itu.
Mereka pun kini dapat kembali berkumpul dan berbahagia bersama sebagai sebuah keluarga, seraya berucap syukur atas keselamatan dan perlindungan yang telah Tuhan berikan melalui senjata ampuh pemberian sang Pertapa Sakti, yang tekun bersamadhi di puncak sebuah gunung.


Lutung Kasarung


Lutung Kasarung, Cerita dari Jawa Barat
Alkisah, Prabu Tapa Agung memutuskan untuk lengser keprabon. Dari 7 puteri yang dimilikinya, beliau menunjuk putri Purbasari, putri bungsunya sebagai penerus tahta. Keputusan ini menimbulkan polemik di kerajaan karena dianggap tidak sesuai dengan tradisi. Mestinya tampuk kekuasaan jatuh pada si sulung. Sang prabu punya alasan sendiri. Si bungsu dianggap lebih berluhur budi. Menurut beliau, hanya dengan keluhuran budi seorang pemimpin dapat memerintah dengan adil.
Sepeninggal sang raja. Diam-diam si sulung, putri Purbararang, meminta bantuan seorang sakti guna mendatangkan bala. Purbasari tiba-tiba terjangkit penyakit kulit. Desas-desus ditiupkan oleh Purbararang, bala ini adalah buah kutukan dewata akibat ayahanda telah menyalahi tradisi. Demi menutup aib kerajaan, si bungsu diungsikan ke hutan.
Sementara itu, di kahyangan, seorang pangeran Guruminda sedang di wasiati sunan ambu, ibunya, agar segera mencari pendamping hidup. Di kahyangan banyak sekali putri yang cantik-cantik. Para pohaci. Namun tidak ada satupun yang menarik hatinya. Maka, sang bunda menitahkan ia untuk pergi ke buana panca tengah, tempat manusia bermukim. Mungkin di sanalah engkau akan menemukan cinta sejatimu, sabda sang bunda.
Tapi bagaimana ananda bisa tahu bahwa gadis yang hamba suka adalah cinta sejati. Sang bunda berhening-cipta sejenak, dan memutuskan mengubah pangeran dalam wujud seekor lutung. Sang bunda berkata, bila gadis itu adalah cinta sejatimu, kelak melalui gadis itulah kau dapat menjelma dalam wujud aslimu. Pangeran Guruminda.
Setelah bersembah sujud, memohon restu sang bunda, turunlah sang lutung ke bumi. Di sebuah hutan, ia bertemu dengan gadis yang tubuhnya terkena penyakit kulit. Sangat buruk dan mengeluarkan bau busuk. Tapi air muka sang putri terlihat memancarkan kebaikan dan keteduhan. Ia dikelilingi oleh sahabat demikian banyak. Seluruh penghuni rimba raya tidak ada yang menganggunya, bahkan selalu menemani dan membantunya.
Dengan cepat, lutung menjadi salah satu sahabatnya. Sejak mengenal lutung. Sang putri tidak perlu lagi berpayah-payah mencari makan. Setiap hari berbagai makanan sudah disediakan oleh lutung. Tidak hanya makanan, bunga-bunga cantik selalu tersedia untuk menghias tempat tinggal sang putri dan penghias gelung rambut indahnya.
Hari demi hari. Persahabatan diantara mereka makin lekat. Sang putri sangat menyayangi si lutung, demikian pula sebaliknya. Sang putri kerapkali menceritakan persoalan hidupnya kepada lutung.
Suatu ketika, saat sang putri membawa lutung berjalan-jalan, lutung tiba-tiba berlari ke suatu tempat. Tidak mau kehilangan lutung kesayangannya, sang putri lari mengejar hingga ke sebuah danau. Di tepi danau sang putri tertegun. Terpesona akan kesegaran dan jernihnya air danau tersebut. Beliau segera mandi disana. Anehnya begitu selesai mandi, hilanglah semua penyakit kulitnya. Bahkan bertambah kemilau indah kecantikannya. Sang puteri sangat berterima kasih pada lutung yang sudah membawanya pada danau tersebut. Karena penyakitnya sudah sembuh, puteri kembali ke istana. Tapi sang kakak yang tidak mau tahtanya diambil, malah mengajaknya adu tanding. Sang kakak membuka gelung rambutnya dan berkata bila rambut adiknya lebih panjang, ia akan menyerahkan tampuk kerajaan. Ternyata sang adik berambut lebih panjang.
Sang kakak masih tidak puas, ia mengatakan bahwa syarat menjadi ratu harus memiliki pasangan hidup. Sang kakak sudah memiliki pasangan: pangeran indrajaya.
Tantangan ini membuat sedih putri Purbasari, bagaimana tidak, selama ini ia hanya bergaul dengan binatang hutan tidak ada seorang pemudapun yang ia kenal. Dengan lirih, sang dewi berucap pada lutung,”kamulah yang paling dekat denganku selama ini. seandainya engkau manusia pastilah kau sudah ku jadikan pendamping hidupku”. Ucapan sang dewi bagai mantera pelepas sihir. Seketika itu pula lutung berubah wujud, menjelma jadi wujud asalnya saat di kahyangan, pangeran Guruminda.
Pangeran Guruminda segera menyatakan bahwa ia adalah pendamping putri Purbasari. Dan tahta kerajaanpun di ambil alih oleh yang semestinya, sesuai wasiat sang prabu.


KETERAMPILAN MEMBACA


Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis). Dalam kegiatan membaca, pembaca memerlukan dasar pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dikuasai. Pengetahuan yang diperlukan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan kebahasaan dan nonkebahasaan. Pengetahuan kebahasaan meliputi pengetahuan tentang huruf, suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, wacana semantik, dan intonasi. Pengetahuan nonkebahasaan meliputi pengetahuan tentang tema atau judul bacaan, setting, suasana, alur, organisasi tulisan, dan sebagainya.
Kemahiran membaca merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seorang pembaca. Kemahiran membaca mencakup dua aspek, yaitu aspek mekanik dan pemahaman. Aspek mekanik atau visual berkaitan dengan kemahiran pembaca dalam menggerakkan mata pada waktu membaca. Mata dalam membaca dalpat digerakkan secara lamban atau cepat dan dengan pola membaca tertentu misalnya pola vettikal, diagonal, zig zag, spiral, blok, dan horizontal. Kecepatan mata dalam pola membaca yang digunakan bergantung pada kemahiran yang telah dimiliki dan kebiasaan. Aspek pemahaman berhubungan dengan kemahiran membaca dalam menangkap isi bacaan yang dibaca. Pemahaman terhadap bacaan bisa secara ekstensif atau intensif; teliti atau dangkal; literalis, kritis atau kreatif. Kemahiran mekanik berkaitan dengan indera mata sedangkan kemahiran pemahamam berkaitan dengan otak pembaca.
Agar dapat membaca secara efektif dan efisien seseorang membaca harus dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah tersusun dengan baik dan dasar kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan tepat. Pembaca dapat menggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca mempunyai kiat dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model membaca, metode membaca dan teknik membaca sesuai dengan kebutuhan.
Pengertian atau definisi membaca itu banyak sekali ragamnya. Oleh karena itu yang penting  bagi kita ialah memahami alasan-alasan  yang melatarbelakangi dari definisi-definisi Bila kita ingin menemukan pengertian  tentang membaca maka kita akan memperoleh mereka itu.
Menurut William (1984:2 dalam Harras 1998:1.6), para pakar hingga saat ini masih memberikan batas yang berbeda-beda karena mereka masih bersilang pendapat dalam memberikan definisi membaca yang akurat. Para ahli umumnya baru bersepakat dalam satu hal, yaitu bahwa proses dalam membaca mengandung unsur pemahaman. Hal tersebut dapat dipahami karena pada dasarnya membaca merupakan proses yang kompleks sehingga orang dapat memberi batasan membaca berdasarkan tahapan proses dan kekomplekskan yang dilihatnya.
Berdasarkan kekompleksan dalam membaca, definisi membaca yang beragam dan jumlahnya yang banyak dapat diklasifikas menjadi empat, yaitu pengertia belum kompleks, cukup kompleks, kompleks, dan sangat kompleks.
Batasan membaca yang belum kompleks merupakan batasan membaca yang hanya mencakup membaca sebagai proses pengenalan dan penyandian kembali simbol-simbol tertulis (teks). Batasan para ahli yang tergolong dalam batasan membaca yang tidak kompleks adalah Thorndike mengatakan bahwa proses membaca itu tak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang bepikir atau bernalar (readding as thingking or reading as reasoning) . Ahmad Slamet Harjasujana (1987: 36) mengatakan bahwa membaca dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan komunikasi interakstif yang memberi kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk membawa latar belakang, dan hasrat masing-masing.
Finochiaro dan Bonomo (1973:119) mencoba mendifinisikan membaca sebagai proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing meaning to and gettinng meaning from printed or  written material). Menurut Anderson (dalam Tarigan 2008:13), membaca adalah proses mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis. Pembaca hanya melakukan proses mekanik atau visual mencocokkan pengetahuan huruf-huruf yang telah dikuasai dengan huruf-huruf yang dibacanya. Setelah itu, pembaca menyaringkan huruf-huruf dan atau rangkaian huruf dalam bentuk suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraph , dan wacana.
Pengertian membaca yang belum kompleks juga disampaikan oleh Zainuddin (1992:124). Ia berpendapat bahwa membaca dalam arti yang sederhana adalah menyuarakan huruf atau deretan huruf yang berupa kata atau kalimat. Adapun hakikat membaca adalah melihat tulisan dan menyuarakan atau tidak bersuara (dalam hati) serta mengisi isi tulisan, pikiran atau perasaan penulis kepada pembaca.
Menurut Keraf (1996:42), membaca adalah mengamati seperangkat gambar-gambar bunyi bahasa menurut sistem lisan tertentu, misalnya tulisan Latin, Arab, Cina, dan sebagainya. Pembaca secara fisik harus mampu memusatkan titik pengelihatannya pada bagian-bagian halaman cetakan, mengatur gerak mata mengikuti satuan-satuan bentuk bahasa (kata, frase, kalimat) dalam urutan secara linier. Apabila perlu pemahaman yang sungguh-sungguh, pembaca menghentikan laju gerak matanya.pembaca harus dapat membedakan kata-kata atau satuan kata yang ada kemiripan dengan kata lain.
Flesch, Gagne, dan Gough (dalam Haryadi 2006:19) berpendapat bahwa membaca pada hakikatnya adalah menterjemahkan lambang grafik ke dalam lambang lisan sehingga bahasa tulis tunduk kepada aturan bahasa lisan. Maksudnya adalah pembaca mentransfer kembali simbol-simbol yang berbentuk tulisan ke dalam bentuk bahasa lisan. Hal tersebut dapat kita lihat pada membaca nyaring. Supaya dapat membaca nyaring, pembaca harus patuh pada aturan-aturan dalam membaca nyaring. Aturan-aturan tersebut meliputi pelafalan, jeda, intonasi, ekspresi, dan lain-lainnya.
Keempat pengertian di atas merupakan pengertian membaca yang baru pada tahap pengenalan simbol-simbol tulisan. Untuk itu, pengertian tersebut dapat juga disebut membaca simbol-simbol tulis.
Batas membaca yang cukup kompleks merupakan batasan membaca yang cakupannya lebih kompleks dari batasan belum kompleks. Batasan ini memandang bahwa membaca sebagai proses pengenalan dan penyandian kembali serta pemahaman simbol-simbol tertulis. Batasan para ahli yang tergolong dalam batasan membaca yang cukup kompleks adalah Pendapat yang mendukung membaca merupakan suatu proses pemahaman diungkapkan oleh Goodman (1967: 127) mengatakan ketika seseorang membaca  bukan hanya sekedar menuntut kemampuan mengambil dan memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga menuntut kemampuan munyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna. Oleh karena itu membaca dapat kita definisikan sebagai kegiatan memetik makna makna atau pengertian bukan hanya dari deretan kata yang tersurat saja (reading the lines), bahkan juga makna yang terdapat dibalik deretan baris tersebut (reading beyond the lines). Dalam kajian membaca jenis membaca semacam ini digolongkan ke dalam membaca kritis serta membaca kreatif. Selain itu dalam prosesnya kegiatan membaca ini juga tidak lagi pasif melainkan sebagai proses yang aktif.
Hudgson dalam bukunya Learning Language (1960:43-44) memberikan batasan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan  suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui, kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang termuat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Finnochiaro dan Bonomo (1973:119 dalam Tarigan 2008:8). Mereka mengungkapkan bahwa membaca adalah proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing meaning to and getting meaning from printed or written material). Menurut Hodgson (dalam Tarigan 2008:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Pendapat Hodgson pada dasarnya hampir sama seperti yang diungkapkan oleh Syafi’ie jika pada dasarnya membaca merupakan proses yang kompleks. Namun Syafi’ie lebih lengkap dalam memaparkan hakikat membaca.
Pengertian tentang membaca yang dijelaskan oleh Syafi’ie (1996:42-43) adalah bahwa pada hakikatnya kegiatan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses membaca dan hasil membaca. Yang dimaksud dengan proses membaca yakni pada dasarnya membaca merupakan proses yang bersifat kompleks meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Pengertian membaca yang disampaikan oleh Syafi’ie merupakan pengertian secara luas. Membaca tidak hanya sekadar membaca huruf melainkan proses yang kompleks yang melibatkan fisik yakni mata dan otak dan juga mental yakni jiwa ketika seseorang memahami teks sebuah bacaan.
Cole (dalam Wiryodijoyo1989) menguraikan hakikat membaca sebagai proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami, dan pengalaman pembacanya.
Suyatmi dan Mujianto (1989) mengatakan bahwa membaca adalah (a) proses menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kata atau nkaliamat yang dilisankan itudipahami atau tidak. (b) membac adalah usaha memahami bahan bacaan sebaik-baiknya, tanpa mempersoalkan apakah disuarakan atau tidak. (c) membaca merupakan proses penangkapan dan pemahaman ide, curahan jiwa, dan aktivitas penulis bacaan. (d) membaca adalah kegiatan yang aktif dan interaktif, yaitu pembaca aktif mencari makna yang tersurat dan yang tersirat dan pembac berinteraksi dengan pembaca melalui bacaan.
Kridalaksana (1993:135) menyatakan bahwa membaca adalah keterampilan mengenal dan memahahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahan menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Dalam membaca, pembaca tidak hanya melakukan proses visual saja (mengenal tulisan), tetapi juga menemukan isi gagasan yang disampaikan penulis kepada pembaca.
Menurut Ulit (1995 dalam Haryadi dan Zamzani 1997:32), membaca adalah kegiatan yang dimulai dari 1) mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, wacarna; 2) menghubungkan dengan bunyi dan maknanya dan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalaman pembacanya. Proses membaca diawali dari proses mekanik, kemudian dilanjutkan proses pemahaman. Proses mekanik dilakukan pembaca untuk mengenali unsure-unsur tulisan  (huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacarna). Proses pemahaman dilakukan untuk mengetahuai isi bacaan yang dibacanya dengan cara menghubungkan antara tulisan yang disandikan dengan makna yang dikandungnya, baik secara eksplisit maupun implicit.
Vacca (dalam Nuryati 2004) menyebutkan bahwa membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna. Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang.
Harris dan Sipay (dalam Nuryati 2003) menyebutkan bahwa membaca sebagai suatu kegiatan yang memberikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak atau tertulis. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan keterampilan bahasa serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampaikan oleh penulis dan tulisannya.
Pengertian di atas merupakan pengertian membaca yang tidak hanya mencakup pengenalan simbol saja, tetapi sudah ada proses pemahaman. Pengertian tersebut juga dapat disebut membaca pemahaman atau membaca literasi.
Batasan membaca yang kompleks merupakan batasan yang cakupannya lebih kompleks dari cukup kompleks, yaitu batasan yang mencakup membaca sebagai proses pengenalan, penyandian kembali, pemahaman simbol-simbol tertulis dan memberikan reaksi kritis terhadap bacaan dalam menentukan signifikasi, nilai, fungsi, dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan penulisBatasan para ahli yang tergolong dalam batasan membaca yang kompleks adalah pendapat dari Thorndike, Harjasujana, Kustaryo, dan Rahim.
Thorndike (Depdikbud 2004) menyatakan bahwa membaca adalah proses yang dilakukan pembaca untuk melakukan pertukaran ide dengan penulis melalui teks. Pembaca tidak hanya melakukan kegiatan memahami isi atau ide penulis yang ada dalam bacaan, tetapi juga mempertukarkan antara ide yang dipahami dan ide yang telah dimiliki pembaca.
Harjasujana (1987:36) mengatakan bahwa membaca sebagai suatu kegiatan komunikasi interaktif yang memberi kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk membawa latar belakang dan hasrat masing-masing. Dalam tulisannya penulis bisa saja tidak hanya menulis secara fulgar, apa adanya atau secara tekstual; tetapi penulis bisa menghadirkan tulisan yang bernuansakan kontekstual. Pembaca juga diberi kebebasan untuk memaknai bacaan yang dibacanya. Pembaca bisa memaknai bacaan secara sederhana atau komplek, tekstual atau kontekstual, dan apa adanya atau melibatkatkan keinginan dan emosinya.
Kustaryo (dalam Sugiarto 2002) menyimpulkan bahwa pengertian membaca adalah ”suatu kombinasi dari pengenalan huruf, intellect, emosi yang dihubungkan dengan pengetahuan si pembaca (background knowledge) untuk memahami suatu pesan yang tertulis”. Dalam benak pembaca ada proses pelibatan emosi atau rasa yang dialami setelah membaca tulisan yang dibacanya. Pembaca bisa melakukankegiatan menilai dari apa yang dipahami. Penilaian itu dapat berupa menyetujui atau tidak menyetujui, menyatakan senang atau tidak senang, dan menyatakan baik atau tidak baik.
Menurut Rahim (2005:2), membaca adalah proses yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Hal yang terlibat dalam proses membaca adalah mulai yang sederhana menuju ke yang kompleks. Mulai dari proses penyandian kembali lambang-lambang tulis, memahami makna yang terkandung dalam teks, memproses pemahaman dalam proses berpikir yang melibatkan psikolinguistik dan metakognitif.
Keenam pengertian tersebut merupakan pengertian membaca yang mencakup proses pengenalan simbol, pemahaman, dan berpikir kritis. Pengertian tersebut juga dapat disebut membaca kritis. Batasan membaca yang sangat kompleks merupakan batasan yang cakupannya paling kompleks, yaitu batasan yang mencakup membaca sebagai proses pengenalan dan penyandian kembali; pemahaman simbol-simbol tertulis dan memberikan reaksi kritis terhadap bacaan dalam menentukan signifikasi, nilai, fungsi, dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan penulis; dan mampu berpikir secara kreatif berdasarkan hasil bacanya untuk kepentingan sehari-hari. Batasan para ahli yang tergolong dalam batasan membaca yang sangat kompleks adalah berikut ini.
Menurut Keraf (1996:42), membaca merupakan suatu proses yang bersifat kompleks meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut ini.
a.       Menginterpretasi kata-kata sebagai simbol lambang bunyi yang mengaju pada konsep tertentu. Tahap ini merupakan aspek persepsi. Pembaca menginterpretasikan kesan-kesan yang mencapai otaknya. Sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, pembaca memproses dan mengorganisasikan data yang didapatkannya itu.
b.      Mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, logis, dan sistematis menurut kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia. Gerakan berurutan merupakan pokok kegiatan ini. Gerak mata pembaca mengikuti alur tulisan dari kiri ke kanan dan sesekali terjadi gerak balik berhenti sejenak pada satu kata atau kelompok kata tertentu. Sesekali pembaca mengatur gerak matanya melihat kembali ke atas melihat kembali kata atau kelompok kata yang telah diamatinya untuk memperoleh pemahaman.
c.       Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki dengan teks bacaan untuk memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan. Latar belakang pengalaman dan pengetahuan pembaca memerlukan pemahaman terhadap isi bacaan, apalagi pengalaman dan pengetahuan yang relevan dengan teks bacaan. Proses pemahaman terhadap isi suatu bacaan dapat berlangsung dengan menghubungkan konsep-konsep yang telah dipunyai dalam skemata struktur organisasi pengetahuan dan pengalaman pembaca melalui proses asimilasi dan akomodasi.
d.      Memahami hubungan antara gambar bunyi dan bunyi, serta hubungan antara kata dengan artinya. Hal ini terjadi pada saat membaca bersama ataupun membaca tidak bersuara (dalam hati). Proses menghubungkan kata sebagai symbol dengan artinya untuk memperoleh pemahaman sesuai dengan konteksnya terjadi dalam membaca.
e.       Membuat simpulan dan nilai bacaan. Membaca merupakan suatu proses berpikir. Pembaca harus memahami kata-kata dan kalimat-kalimat yang dihadapinya melalui kegiatan dalam proses asosiasi serta proses eksperimental. Pembaca membuat simpulandengan menghubungkan proposisi yang terdapat dalam kalimat-kalimat mengingai-ingat hal-hal yang telah dipelajari di masa lalu dab dari bacaan. Pembaca harus berpikir secara sistematis, logis, dan kreatif agar dapat menilai bacaan.
f.       Meramunya dengan ide-ide dari fakta-fakta baru yang diperolehnya bacaan untuk memperoleh pengetahuan yang baru atau memperluas wawasanya tentang sesuatu. Dalam hal ini membaca diartikan sebagai proses belajar.
Bowman and Bowman (dalam Sugiarto 2002) menyebutkan bahwa membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Dalam kehidupan, membaca sepanjang hayat mengalami kemajuan dan peningkatan dalam kemampuan berpikir. Proses berpikir yang dikuasai pembaca ada empat, yaitu berpikir mengenal lambang-lambang tulisan yang dibacanya, berpikir memaknai bacaan, berpikir kritis untuk pemaknaan isi bacaan, dan berpikir kreatifsil pemaknaan bacaan.
Pengertian membaca sangat kompleks bisa disinonimkan dengan membaca kreatif versi Nurhadi. Menurut Nurhadi (2004:60), tingkatan tetinggi dari membaca adalah membaca kreatif. Ia menyatakan bahwa membaca kreatif adalah membaca yang tidak sekedar menangkap makna tersurat, makna antarbaris, makna di balik baris, tetapi juga mampu secara kreatif merupakan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari.
Haryadi (2006:4-5) membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa lainnya (berbicara dan menulis). Dalam kegiatan membaca, pembaca memerlukan dasar pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dikuasai. Pengetahuan yang diperlukan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan kebahasaan dan nonkebahasaan. Pengetahuan kebahasaan meliputi pengetahuan tentang huruf, suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, wacana, semantik, dan intonasi. Pengetahuan nonkebahasaan meliputi pengetahuan tentang tema atau judul bacaan, setting, suasana, alur, organisasi tulisan dsb.
Klien dkk (dalam Rahim 2005:3) mengemukakan bahwa membaca mencakup tiga hal, yaitu: (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategi, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca juga merupakan suatu strategi. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksikan makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang akan dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Pengertian di atas merupakan pengertian membaca yang mencakup proses pengenalan simbol, pemahaman, berpikir kritis, dan kreatif. Pengertian tersebut juga dapat disebut membaca kreatif. Dari keempat klasifikasi pengertian membaca, pengertian yang paling lengkap adalah pengertian sangat kompleks karena cakupannya paling lengkap. Pengertian tersebut mencakup membaca sebagai proses penyandian kembali, pemaknaan isi bacaan, pengolahan makna yang diperoleh, dan pemerolehan ide baru.
Banyaknya pengertian membaca yang ada mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkannya adalah berikut ini.
1.      Adanya berbagai pengertian tersebut membuat kita semakin sadar dan paham bahwa membaca merupakan proses yang kompleks dan bertahap sehingga membaca dapat dilihat dari berbagai kaca mata pandang.
2.      Banyaknya pengertian tersebut berarti minat orang atu ahli untuk mengakajia membaca semakin meningkat sehingga perkembangan ilmu membaca semakin berkembag atua dapat berkembang dengan cepat.
3.      Orang dapat memandang bahwa membaca merupakan proses atau kegiatan yang bisa dilakukan dengan berbagai tahapan dan tidak harus semua tahapan.
4.      Pembaca dapat memilih tahapan mana yang akan dilaksanakan sesuai dengan minat, keperluan, dan kemampuan. Dan orang semakin sadar bahwa membaca merupakan sebuah kebutuhan dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan ilmu dan teknologi.
Dampak negatif dari berbagai pengertian membaca adalah orang kebingunngan mengenai batasan mana yang benar dan yang dapat dipakai sebagai acuan. Kebingungan itu biasanya dialami oleh orang awam atau orang yang baru mulai mempelajari mengenai membaca. Banyaknya pengertian membaca yang dikemukakan di atas berlatar belakang dari berbagai hal, di antaranya adalah berikut ini.
1.      Membaca merupakan kegiatan kenyataan yang unik dan rumit, bahwa betapapun tingginya kepandaian seseorangbelum pernah ada yang merumuskan membaca itu dengan baik.
2.      Orang dan atau kelompok orang dalam merumuskan pengertian membaca menggunakan pendekatan, tujuan, dan pemilihan aspek yang berbeda.
3.      Penemuan-penemuan baru dalam studi membaca.
Satu hal yang hendaknya dipahami oleh seseorang yang ingin melaksanakan kegiatan membaca ialah tujuan. Tujuan membaca adalah sesuatu yang ingin dicapai atau didapat pada saat membaca. Tujuan membaca dicanangkan oleh pembaca sebelum dan pada saat membaca.
Tujuan membaca merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan membaca. Menurut Nurhadi (2004:2), salah satu ciri pembaca yang baik yang dapat membaca secara efektif dan efisian adalah membaca dengan tujuan yang jelas. tujuan dianggap sebagai modal dalam membaca. Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Inilah yang mendorong  para ahli menyepakati bahwa tujuan membaca merupakan modal utama membaca.
Seseorang yang membaca dengan tujuan yang jelas cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki tujuan membaca yang jelas, meskipun akhir dari tujuan utama membaca adalah mendapatkan informasi dari bacaan yang dibaca, namun hal tersebut kurang cukup mengingat banyak jenis bacaan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru hendaknya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai dengan tujuan siswa membaca itu sendiri.
Seperti dengan batasan membaca, tujuan membaca juga sangat beragam. Pembaca mempunyai keleluasaan dalam menentukan tujuan yang ingin dicapainya sehingga pembaca mempunyai tujuan yang berbeda pada setiap kali membaca. Pembaca yang satu dengan yang lainnya mempunyai kepentingan yang berbeda-beda juga sehingga tujuannya menjadi berbeda-beda.
Dari berbagai keragaman tujuan membaca, membaca dapat diklasifikasi berdasarkan bersuara tidaknya pada saat membaca, dari mana munculnya tujuan, dan kebutuhan. Berdasarkan disuarakan tidaknya sewaktu membaca tujuan dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu bertujuan untuk diri sendiri dan orang lain. Tujuan untuk diri sendiri dilaksanakan sewaktu pembaca membaca dalam hati, sedangkan tujuan untuk orang lain dilaksanakan pada saat pembaca membaca nyaring.
Ragam tujuan untuk diri sendiri ada dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Ragam tujuan untuk orang lain ada tiga, yaitu memberi tahu, memerintah, dan protokuler. Yang termasuk dalam tujuan memberi tahu ialah membacakan pengumuman dan berita. Ragam tujuan memerintah/memberi aba-aba/meminta terwujudkan sewaktu membacakan petunjuk, susunan acara, dan doa. Ragam tujuan protokuler pada saat membacakan teks undang-undang, pancasila, dan teks proklamasi.
Berdasarkan dari mana munculnya tujuan dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu tujuan intern dan ekstern. Tujuan intern adalah tujuan yang dicanangkan berdasarkan keinginan pembaca. Tujuan intern dapat berupa tujuan umum dan khusus. Tujuan ekstern adalah tujuan yang dicanangkan dikarenakan keinginan atau perintah orang lain. Tujuan ekstern dikondisikan oleh guru, orang tua, adik, kakak, teman, kakek, nenek dan yang lainnya. Dalam rangka pembelajaran, tujuan yang dikondisikan guru untuk studi. Misalnya tujuan untuk merangkum/meringkas materi, menjawab pertanyaan, membuat makalah, mengomentari, memberi saran, membuat simpulan, mempersiapkan diskusi, dan sumber tulisan.
Berdasarkan kebutuhan tujuan membaca dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum atau utama  adalah tujuan yang umumnya atau sering kali atau selalu dicanangkan oleh pembaca sewaktu membaca. Tujuan khusus adalah tujuan yang dicanangkan pembaca pada saat tertentu sesuai situasi dan kondisi. Tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan pendapat para ahli berbeda-beda. keberbedaan tersebut dapat dicermati pada uraian di bawah ini.
Menurut Anderson (dalam Tarigan (1994: 9-10), tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Sedangkan, tujuan khusus membaca antara lain: (1) membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus; atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh, membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, (2) membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama, (3) membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian yang dibuat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau sususan organisasi cerita, (4) membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepda para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi, (5) membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokan, membaca untuk mengklasifikasikan, (6) membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi, dan (7) membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh mengenal pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.
Nurhadi (1987 dalam Ardiana dkk. 2002:6) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah (1) mendapat alat tertentu  yaitu membaca untuk memperoleh sesuatu yang bersifat praktis, (2) mendapat hasil yang berupa prestise, membaca untuk mendapatkan rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungannya, (3) memperkuat nilai pribadi atau keyakinan, (4) mengganti pengalaman estetika yang sudah usang, (5) menghindari diri dari kesulitan, kekuatan, atau penyakit tertentu. Kemudian secara khusus Nurhadi membagi tujuan membaca menjadi dua yaitu umum dan khusus. Secara umum tujuan membaca adalah (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus tujuan membaca adalah (1) mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematik, (3) memberikan penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengatasi waktu luang.
Menurut Nurhadi (2004:14), ada enam variasi  tujuan membaca, yaitu (1) membaca untuk tujuan studi atau telaah ilmiah, (2) membaca untuk menangkap garis besar bacaan, (3) membaca untuk menikmati karya sastra, (4) membaca untuk mengisi waktu luang, dan (6) membaca untuk mencari keterangan tentang suatu yang ilmiah.
Mulyati (1998:55) menyebutkan bahwa pada dasarnya, tujuan membaca ialah mamahami apa yang dibaca/isi bacaan, selain memahami masalah atau topiknya, selanjutnya memahami mengapa, siapa, bagaimana, kapan, dan dimana terjadi suatu peristiwa. Secara lebih khusus mulyati, masih dari sumber yang sama beliau menyebutkan bahwa tujuan membaca ada empat macam, yaitu untuk mengisis waktu luang, untuk mencari hiburan, untuk kepentingan studi, dan untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;
Sementara itu, Supriyadi (1996:128) memberikan tambahan atas tujuan membaca yang dikemukakakn oleh Mulyati. Menurutnya membaca dilakukan seseorang dengan tujuan untuk mengisis waktu luang, untuk mencari hiburan, untuk kepentingan studi, untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan, memperkaya perbendaharaan kosa kata, dan memupuk perkembangan keharuan dan keindahan;
Tujuan orang membaca menurut Subiyakto dan Nababan (1993:164) adalah untuk mengerti atau memahami isi atau pesan yang terkandung dalam suatu bacaan seefisien mungkin dalam mencari informasi yang bersifat:
1)        Kognitif dan intelektual, yakni digunakan seseorang untuk menambah keilmiahhannya sendiri;
2)        Referensial dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk menegetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini;
3)        Aktif dan emisional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencarai kenikmatan dalam membaca.
Tujuan membaca oleh Rahim (2005:11) dijabarkan sebagai berikut: (1) kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informsi yang telah diketahui, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) menginformasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Menurut Syafi’ie (1996:46) tujuan membaca adalah agar pembaca mampu memahami pesan-pesan komunikasi yang disampaikan dengan medium bahasa tulis dengan cermat, tepat dan cepat secara kritis dan kreatif. Cermat, tepat dan cepat sangat dibutuhkan dalam memahami suatu informasi agar pemahaman terhadap isi bacaan dapat tergali secara maksimal. Hal yang sama juga disampaikan oleh Haryadi (2006:4) menyatakan bahwa tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan.
Mengenai tujuan membaca yang lain Widyamartaya (dalam Haryadi 2006:7) menambahkan jika membaca dapat membuat orang menjadi arif. Hal ini dikarenakan dengan membaca orang menjadi luas cakrawala hidupnya, memberi sebuah perenungan bagi pembaca, dan memberikan rasa senang saat membaca apa yang dituturkan oleh penulis. Membaca juga berpengaruh pada pembentukan jiwa anak. Melalui membaca anak mampu menciptakan minat terhadap apa yang sedang ia pelajari dan hal ini akan lebih berarti jika minat itu dihubungkan dengan dunia nyata.
Sedangkan tujuan membaca menurut Widyamartoyo (2004:140) adalah membuat seseorang menjadi arif dengan alasan :
a           Dengan membaca orang akan menjadi luas cakrawala hidupnya;
b           Dengan membaca buku, pembaca dibawa dalam dunia pikiran dan renungan;
c           Dengan membaca orang menjadi memesona dan merasa nikmat dalam tutur katanya.
Tujuan berbahasa secara umum ada empat yaitu tujuan penalaran, tujuan instrumen, tujuan integratif, dan tujuan kebudayaan. Tujuan membaca tidak dapat lepas dari keempat tujuan berbahasa secara umum. Tujuan penalaran berkaitan dengan kesanggupan berfikir dan pengungkapan identitas dan kepribadian seseorang, tujuan instrumen berkaitan dengan penggunaan bahasa untuk kepentingan praktis dan konkrit, tujuan integratif berhubungan dengan lingkungan, dan tujuan kebudayaan  berkaitan dengan keinginan seseorang dalam memperdalam pengetahuannya mengenai suatu kebudayaan tertentu.
Manfaat adalah guna, faedah atau sesuatu yang diperoleh. Manfaat membaca adalah sesuatu yang diperoleh dari kegiatan membaca. Manfaat membaca merupakan hasil yang didapat pembaca setelah membaca. Jika tujuan membaca dilihat sebelum atau sewaktu membaca, manfaat membaca dapat dilihat setelah membaca.
Membaca merupakan salah satu asperk berbahasa yang sangat bermanfaat. Dengan membaca dapat memperoleh informasi, gagasan, pendapat, pesan, dan lain-lain yang disampaikan oleh penulis melalui lambang-lambang grafis yang sudah dikenal. Dengan kata lain melalui kegiatan membaca akan diperoleh berbagai informasi dunia. Dengan membaca kita mencoba mendapatkan informasi hingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan hidup, dan mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup manusia. Sehingga membaca juga mengantarkan pembacanya pada proses keeksisan untuk hidup.
Membaca sangat fungsional dalam hidup dan kehidupan manusia. Membaca adalah kunci ke arah gudang ilmu. Melalui kegiatan membaca, kita pasti mendapatkan manfaat. Membaca merupakan gerbang utama seseorang masuk ke dalam ilmu pengetahuan. Dengan membaca, berarti seseorang berkomunikasi dengan pemikir-pemikir kenamaan dari segala penjuru dunia. Seseorang dapat mengetahui peristiwa tentang sejarah dan kebudayaan suatu bangsa.
Para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang manfaat membaca diantaranya adalah Hernowo, Hanifiah, dan Sari. Hernowo (2005:36) mengemukakan bahwa manfaat membaca, yaitu (1) membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis; (2) banyak buku dan artikel yang mengajak seseorang untuk berintrospeksi atau melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain; (3) membaca memicu imajinasi. Dengan banyak membaca, seseorang dapat menyerap sebanyak mungkin pengetahuan atau pengalaman dari orang lain. Selain itu, seseorang dapat menyelami perasaan orang lain dari buku yang dibacanya.
Hanifiah(2006,http://hanifiah.blogspot.com/2006/10/manfaatmembaca. html., diunduh pada tanggal 28 November 2009, pukul 19.44 WIB) berpendapat bahwa manfaat membaca meliputi (1) membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan; (2) ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan; (3) kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja; (4) dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata; (5) membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir; (6) membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman; (7) dengan membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, kearifan orang bijaksana, dan pemahaman para sarjana; (8) dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup; (9) membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia; (10) dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat, lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep untuk memahami apa yang tertulis “di antara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).
Sari (2007, http://sari1985.blogdetik.com//2007/21/manfaat-membaca. html., diunduh pada tanggal 28 November 2009, pukul 19.58 WIB) berpendapat bahwa manfaat membaca meliputi (1) menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangat berguna dalam praktik hidup sehari-hari; (2) berkomunikasi dengan pemikiran, pesan, dan kesan pemikir-pemikir kenamaan dari segala penjuru dunia; (3) mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dunia; (4) mengikuti peristiwa besar dalam sejarah, peradaban, dan kebudayaan suatu bangsa; (5) memecahkan berbagai masalah kehidupan dan menghantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa manfaat membaca, yaitu (1) mengisi waktu luang serta menyegarkan pikiran dari rasa jenuh; (2) mendapat pengetahuan yang luas; (3) dapat menyelami atau merasakan perasaan orang lain, baik pemikiran, pesan, dan kesan; (4) mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir; (5) mengusai banyak kata, serta konsep untuk menjawab semua permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek membaca adalah kegiatan yang kompleks, membaca terdiri atas memahami bahasa tulis, bacaan dan tulisan bukanlah faktor yang universal karena banyak bahasa yang tidak mengenal bentuk tulisan. Sifat bacaan adalah visual, terorganisasi dan sistematis, arbiter, dan abstrak tetapi bermakna dan dan berkaitan dengan suatu bahasa dan masyarakat.
Menurut Broghton (dalam Tarigan 2008:11) ada dua aspek penting dalam membaca, yaitu  keterampilan yang bersifat mekanis, dan keterampilan bersifat pemahaman. Aspek keterampilan yang bersifat mekanis (Mechanical skill) yang merupakan urutan paling rendah, yaitu (1) mengenal huruf. (2) mengenal unsur-unsur linguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain). (3) pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis “to bark at print”). (4) kecepatan membaca beratraf rendah.
Sedagkan aspek keterampilan yang bersifat pemahaman (Comprehention skill) yang merupakan urutan, yaitu (1) memahami pengetian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal). (2) memahami makna (makna dan tujuan pengarang relevensilkeadaan kebudayaan, reaksi pembaca). (3) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk). (4) kecepatan membaca yang fleksibel dan mudah disesuaikan dengan keadaan (Broghton dalam tarigan 1993:12).
Agar dapat mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skills). Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan pemahaman (comprehension skills) maka yang paling tepat adalah membaca dalam hati (silent reading).
Membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu : a) membaca ekstensif, dan membaca intensif. Membaca ekstensif meliputi : membaca survey (survey reading), membaca sekilas (skimming reading), membaca dangkal (superficial reading), yang mencakup : 1) membaca teliti (close reading), 2) membaca pemahaman (comprehensive reading), 3) membca kritis (critical reading), 4) membaca ide (reading for ideas), c) membaca bahasa asing (languagestudy reading), yang mencakup : 1) membaca bahasa asing (foreign language reading), dan 2) membaca sastra (literary reading ).
Membaca dengan metode kata dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek mekanik dan aspek konseptual. Aspek mekanik merupakan cara mata bergerak melihat kata demi kata pada sebuah bacaan. Aspek konseptual merupakan cara otak memahami atau menangkap makna-makna yang terkandung dalam kata-kata yang dibaca.
Berdasrkan urauian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua aspek penting dalam membaca, yaitu keterampilan yang besifat mekanis dan keterampilan yang bersifat pemahaman. Pada keterampilan yang bersifat mekanis dan mencakup pengalaman bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik, pengenalan hubungan/korespondensi: pola ejaan dan bunyi, dan kecepatan membaca bertaraf lambat. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills). Aspek ini mencakup : a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal); b)memahami signifikasi atau makna, antara lain maksud dan tujuan pengarang, relevansi budaya reaksi pembaca, dan c) kecepatan membaca yang fleksibel.
Teori tentang membaca dapat memberikan nilai dan fungsi tersendiri dari studi membaca dan pengajarannya. Nilai dan fungsi ini bagi pembaca, pembina, dan atau para peneliti. Teori membaca berbeda-beda tergantung dari pendekatan yang dianut. Disamping teori membaca, pendekatan juga melatarbelakangi munculnya model membaca. 
Pendekatan yang melatarbelakangi teori membaca ada tiga, yaitu pendekatan konseptual, empirikal, dan pendekatan eksperimental (Harjasujana 1997).
Pendekatan ini meliputi macam-macam metodologi pendekatan yang kesemuanya berangkat dari satu konsepsi tentang membacadan berkesudahan dengan suatu model tertentu tentang proses membaca. Tokoh dalam pendekatan ini adalah Kenneth S. Godman. Ia menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya merupakan proses komunikasi, yaitu komunikasi antara pembaca dengan tuturan tertulisyang dibacanya. Hal tersebut merupakna yang melatarbelakangi pendekatan konseptual.