Membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika seperti keterampilan
berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis). Dalam kegiatan membaca, pembaca
memerlukan dasar pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah
dikuasai. Pengetahuan yang diperlukan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan
kebahasaan dan nonkebahasaan. Pengetahuan kebahasaan meliputi pengetahuan
tentang huruf, suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, wacana semantik, dan
intonasi. Pengetahuan nonkebahasaan meliputi pengetahuan tentang tema atau
judul bacaan, setting, suasana, alur, organisasi tulisan, dan sebagainya.
Kemahiran membaca merupakan
keterampilan yang dimiliki oleh seorang pembaca. Kemahiran membaca mencakup dua
aspek, yaitu aspek mekanik dan pemahaman. Aspek mekanik atau visual berkaitan
dengan kemahiran pembaca dalam menggerakkan mata pada waktu membaca. Mata dalam
membaca dalpat digerakkan secara lamban atau cepat dan dengan pola membaca
tertentu misalnya pola vettikal, diagonal, zig zag, spiral, blok, dan
horizontal. Kecepatan mata dalam pola membaca yang digunakan bergantung pada
kemahiran yang telah dimiliki dan kebiasaan. Aspek pemahaman berhubungan dengan
kemahiran membaca dalam menangkap isi bacaan yang dibaca. Pemahaman terhadap
bacaan bisa secara ekstensif atau intensif; teliti atau dangkal; literalis,
kritis atau kreatif. Kemahiran mekanik berkaitan dengan indera mata sedangkan
kemahiran pemahamam berkaitan dengan otak pembaca.
Agar dapat membaca secara efektif dan
efisien seseorang membaca harus dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah
tersusun dengan baik dan dasar kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan
tepat. Pembaca dapat menggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca
mempunyai kiat dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca
memilih dan menggunakan model membaca, metode membaca dan teknik membaca sesuai
dengan kebutuhan.
Pengertian
atau definisi membaca itu banyak sekali ragamnya. Oleh karena itu yang
penting bagi kita ialah memahami alasan-alasan yang
melatarbelakangi dari definisi-definisi Bila kita ingin menemukan
pengertian tentang membaca maka kita akan memperoleh mereka itu.
Menurut William (1984:2 dalam Harras
1998:1.6), para pakar hingga saat ini masih memberikan batas yang berbeda-beda
karena mereka masih bersilang pendapat dalam memberikan definisi membaca yang
akurat. Para ahli umumnya baru bersepakat dalam satu hal, yaitu bahwa proses
dalam membaca mengandung unsur pemahaman. Hal tersebut dapat dipahami karena
pada dasarnya membaca merupakan proses yang kompleks sehingga orang dapat
memberi batasan membaca berdasarkan tahapan proses dan kekomplekskan yang
dilihatnya.
Berdasarkan kekompleksan dalam membaca,
definisi membaca yang beragam dan jumlahnya yang banyak dapat diklasifikas
menjadi empat, yaitu pengertia belum kompleks, cukup kompleks, kompleks, dan
sangat kompleks.
Batasan membaca yang belum kompleks
merupakan batasan membaca yang hanya mencakup membaca sebagai proses pengenalan
dan penyandian kembali simbol-simbol tertulis (teks). Batasan para ahli yang
tergolong dalam batasan membaca yang tidak kompleks adalah Thorndike mengatakan bahwa proses
membaca itu tak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang bepikir atau
bernalar (readding as thingking or reading as reasoning) . Ahmad Slamet
Harjasujana (1987: 36) mengatakan bahwa membaca dapat didefinisikan sebagai
suatu kegiatan komunikasi interakstif yang memberi kesempatan kepada pembaca
dan penulis untuk membawa latar belakang, dan hasrat masing-masing.
Finochiaro
dan Bonomo (1973:119) mencoba mendifinisikan membaca sebagai proses memetik
serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading
is bringing meaning to and gettinng meaning from printed or written
material). Menurut Anderson (dalam Tarigan 2008:13), membaca
adalah proses mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.
Pembaca hanya melakukan proses mekanik atau visual mencocokkan pengetahuan
huruf-huruf yang telah dikuasai dengan huruf-huruf yang dibacanya. Setelah itu,
pembaca menyaringkan huruf-huruf dan atau rangkaian huruf dalam bentuk suku
kata, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraph , dan wacana.
Pengertian
membaca yang belum kompleks juga disampaikan oleh Zainuddin (1992:124). Ia berpendapat bahwa membaca dalam arti yang
sederhana adalah menyuarakan huruf atau deretan huruf yang berupa kata atau
kalimat. Adapun hakikat membaca adalah melihat tulisan dan menyuarakan atau
tidak bersuara (dalam hati) serta mengisi isi tulisan, pikiran atau perasaan
penulis kepada pembaca.
Menurut Keraf (1996:42), membaca adalah
mengamati seperangkat gambar-gambar bunyi bahasa menurut sistem lisan tertentu,
misalnya tulisan Latin, Arab, Cina, dan sebagainya. Pembaca secara fisik harus
mampu memusatkan titik pengelihatannya pada bagian-bagian halaman cetakan,
mengatur gerak mata mengikuti satuan-satuan bentuk bahasa (kata, frase,
kalimat) dalam urutan secara linier. Apabila perlu pemahaman yang
sungguh-sungguh, pembaca menghentikan laju gerak matanya.pembaca harus dapat
membedakan kata-kata atau satuan kata yang ada kemiripan dengan kata lain.
Flesch, Gagne, dan Gough (dalam Haryadi
2006:19) berpendapat bahwa membaca pada hakikatnya adalah menterjemahkan
lambang grafik ke dalam lambang lisan sehingga bahasa tulis tunduk kepada
aturan bahasa lisan. Maksudnya adalah pembaca mentransfer kembali simbol-simbol
yang berbentuk tulisan ke dalam bentuk bahasa lisan. Hal tersebut dapat kita
lihat pada membaca nyaring. Supaya dapat membaca nyaring, pembaca harus patuh
pada aturan-aturan dalam membaca nyaring. Aturan-aturan tersebut meliputi
pelafalan, jeda, intonasi, ekspresi, dan lain-lainnya.
Keempat pengertian di atas merupakan
pengertian membaca yang baru pada tahap pengenalan simbol-simbol tulisan. Untuk
itu, pengertian tersebut dapat juga disebut membaca simbol-simbol tulis.
Batas membaca yang cukup kompleks
merupakan batasan membaca yang cakupannya lebih kompleks dari batasan belum
kompleks. Batasan ini memandang bahwa membaca sebagai proses pengenalan dan
penyandian kembali serta pemahaman simbol-simbol tertulis. Batasan para ahli
yang tergolong dalam batasan membaca yang cukup kompleks adalah Pendapat yang mendukung membaca merupakan suatu proses pemahaman
diungkapkan oleh Goodman (1967: 127) mengatakan ketika
seseorang membaca bukan hanya sekedar menuntut kemampuan mengambil dan
memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga menuntut kemampuan
munyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna. Oleh karena itu membaca
dapat kita definisikan sebagai kegiatan memetik makna makna atau pengertian
bukan hanya dari deretan kata yang tersurat saja (reading the lines), bahkan
juga makna yang terdapat dibalik deretan baris tersebut (reading beyond the
lines). Dalam kajian membaca jenis membaca semacam ini digolongkan ke dalam
membaca kritis serta membaca kreatif. Selain itu dalam prosesnya kegiatan
membaca ini juga tidak lagi pasif melainkan sebagai proses yang aktif.
Hudgson
dalam bukunya Learning Language (1960:43-44) memberikan batasan bahwa membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/
bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan
agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui, kalau hal ini
tidak terpenuhi, maka pesan yang termuat dan yang tersirat tidak akan
tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Finnochiaro
dan Bonomo (1973:119 dalam Tarigan 2008:8). Mereka
mengungkapkan bahwa membaca adalah proses memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing meaning to and
getting meaning from printed or written material). Menurut Hodgson (dalam Tarigan 2008:7), membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Pendapat Hodgson pada dasarnya hampir
sama seperti yang diungkapkan oleh Syafi’ie jika pada dasarnya membaca
merupakan proses yang kompleks. Namun Syafi’ie lebih lengkap dalam memaparkan
hakikat membaca.
Pengertian
tentang membaca yang dijelaskan oleh Syafi’ie (1996:42-43) adalah bahwa pada hakikatnya kegiatan membaca
terdiri atas dua bagian, yaitu proses membaca dan hasil membaca. Yang dimaksud
dengan proses membaca yakni pada dasarnya membaca merupakan proses yang
bersifat kompleks meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Pengertian
membaca yang disampaikan oleh Syafi’ie merupakan pengertian secara luas.
Membaca tidak hanya sekadar membaca huruf melainkan proses yang kompleks yang
melibatkan fisik yakni mata dan otak dan juga mental yakni jiwa ketika
seseorang memahami teks sebuah bacaan.
Cole (dalam
Wiryodijoyo1989) menguraikan hakikat membaca sebagai proses psikologis untuk
menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca melibatkan penglihatan, gerak mata,
pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami, dan
pengalaman pembacanya.
Suyatmi dan Mujianto (1989) mengatakan
bahwa membaca adalah (a) proses menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa
mempersoalkan apakah kata atau nkaliamat yang dilisankan itudipahami atau
tidak. (b) membac adalah usaha memahami bahan bacaan sebaik-baiknya, tanpa
mempersoalkan apakah disuarakan atau tidak. (c) membaca merupakan proses
penangkapan dan pemahaman ide, curahan jiwa, dan aktivitas penulis bacaan. (d)
membaca adalah kegiatan yang aktif dan interaktif, yaitu pembaca aktif mencari
makna yang tersurat dan yang tersirat dan pembac berinteraksi dengan pembaca
melalui bacaan.
Kridalaksana (1993:135) menyatakan
bahwa membaca adalah keterampilan mengenal dan memahahami tulisan dalam bentuk
urutan lambang-lambang grafis dan perubahan menjadi wicara bermakna dalam
bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Dalam membaca, pembaca
tidak hanya melakukan proses visual saja (mengenal tulisan), tetapi juga
menemukan isi gagasan yang disampaikan penulis kepada pembaca.
Menurut Ulit (1995 dalam Haryadi dan
Zamzani 1997:32), membaca adalah kegiatan yang dimulai dari 1) mengenali huruf,
kata, ungkapan, frasa, kalimat, wacarna; 2) menghubungkan dengan bunyi dan
maknanya dan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalaman pembacanya.
Proses membaca diawali dari proses mekanik, kemudian dilanjutkan proses
pemahaman. Proses mekanik dilakukan pembaca untuk mengenali unsure-unsur
tulisan (huruf, kata, ungkapan, frasa,
kalimat, dan wacarna). Proses pemahaman dilakukan untuk mengetahuai isi bacaan
yang dibacanya dengan cara menghubungkan antara tulisan yang disandikan dengan
makna yang dikandungnya, baik secara eksplisit maupun implicit.
Vacca (dalam
Nuryati 2004) menyebutkan bahwa membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan
melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memproses
informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna. Membaca merupakan
kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya
untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas
pengetahuan bahasa seseorang.
Harris dan
Sipay (dalam Nuryati 2003) menyebutkan bahwa membaca sebagai suatu kegiatan
yang memberikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak
atau tertulis. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara
persepsi terhadap simbol grafis dan keterampilan bahasa serta pengetahuan
pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha menciptakan kembali makna
sebagaimana makna yang ingin disampaikan oleh penulis dan tulisannya.
Pengertian di atas merupakan pengertian membaca yang tidak
hanya mencakup pengenalan simbol saja, tetapi sudah ada proses pemahaman. Pengertian tersebut juga dapat
disebut membaca pemahaman atau membaca literasi.
Batasan membaca yang kompleks merupakan
batasan yang cakupannya lebih kompleks dari cukup kompleks, yaitu batasan yang
mencakup membaca sebagai proses pengenalan, penyandian kembali, pemahaman
simbol-simbol tertulis dan memberikan reaksi kritis terhadap bacaan dalam
menentukan signifikasi, nilai, fungsi, dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu
masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan
penulisBatasan para ahli yang tergolong dalam batasan membaca yang kompleks
adalah pendapat dari Thorndike, Harjasujana, Kustaryo, dan Rahim.
Thorndike (Depdikbud 2004) menyatakan
bahwa membaca adalah proses yang dilakukan pembaca untuk melakukan pertukaran
ide dengan penulis melalui teks. Pembaca tidak hanya melakukan kegiatan
memahami isi atau ide penulis yang ada dalam bacaan, tetapi juga mempertukarkan
antara ide yang dipahami dan ide yang telah dimiliki pembaca.
Harjasujana (1987:36) mengatakan bahwa
membaca sebagai suatu kegiatan komunikasi interaktif yang memberi kesempatan
kepada pembaca dan penulis untuk membawa latar belakang dan hasrat
masing-masing. Dalam tulisannya penulis bisa saja tidak hanya menulis secara
fulgar, apa adanya atau secara tekstual; tetapi penulis bisa menghadirkan
tulisan yang bernuansakan kontekstual. Pembaca juga diberi kebebasan untuk
memaknai bacaan yang dibacanya. Pembaca bisa memaknai bacaan secara sederhana
atau komplek, tekstual atau kontekstual, dan apa adanya atau melibatkatkan
keinginan dan emosinya.
Kustaryo
(dalam Sugiarto 2002) menyimpulkan bahwa pengertian membaca adalah ”suatu
kombinasi dari pengenalan huruf, intellect, emosi yang dihubungkan
dengan pengetahuan si pembaca (background knowledge) untuk memahami
suatu pesan yang tertulis”. Dalam benak pembaca ada proses pelibatan emosi
atau rasa yang dialami setelah membaca tulisan yang dibacanya. Pembaca bisa
melakukankegiatan menilai dari apa yang dipahami. Penilaian itu dapat berupa
menyetujui atau tidak menyetujui, menyatakan senang atau tidak senang, dan
menyatakan baik atau tidak baik.
Menurut Rahim (2005:2), membaca adalah
proses yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan
tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik,
dan metakognitif. Hal yang terlibat dalam proses membaca adalah mulai yang
sederhana menuju ke yang kompleks. Mulai dari proses penyandian kembali
lambang-lambang tulis, memahami makna yang terkandung dalam teks, memproses
pemahaman dalam proses berpikir yang melibatkan psikolinguistik dan
metakognitif.
Keenam pengertian tersebut merupakan pengertian membaca yang mencakup
proses pengenalan simbol, pemahaman, dan berpikir kritis. Pengertian tersebut juga dapat
disebut membaca kritis. Batasan
membaca yang sangat kompleks merupakan batasan yang cakupannya paling kompleks,
yaitu batasan yang mencakup membaca sebagai proses pengenalan dan penyandian
kembali; pemahaman simbol-simbol tertulis dan memberikan reaksi kritis terhadap
bacaan dalam menentukan signifikasi, nilai, fungsi, dan hubungan isi bacaan itu
dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang
dipaparkan penulis; dan mampu berpikir secara kreatif berdasarkan hasil bacanya
untuk kepentingan sehari-hari. Batasan para ahli yang tergolong dalam batasan
membaca yang sangat kompleks adalah berikut ini.
Menurut Keraf (1996:42), membaca
merupakan suatu proses yang bersifat kompleks meliputi kegiatan yang bersifat
fisik dan mental. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut ini.
a. Menginterpretasi
kata-kata sebagai simbol lambang bunyi yang mengaju pada konsep tertentu. Tahap
ini merupakan aspek persepsi. Pembaca menginterpretasikan kesan-kesan yang
mencapai otaknya. Sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan pengalamannya,
pembaca memproses dan mengorganisasikan data yang didapatkannya itu.
b. Mengikuti
rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, logis, dan sistematis menurut
kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia. Gerakan berurutan merupakan pokok kegiatan
ini. Gerak mata pembaca mengikuti alur tulisan dari kiri ke kanan dan sesekali
terjadi gerak balik berhenti sejenak pada satu kata atau kelompok kata
tertentu. Sesekali pembaca mengatur gerak matanya melihat kembali ke atas
melihat kembali kata atau kelompok kata yang telah diamatinya untuk memperoleh
pemahaman.
c. Menghubungkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki dengan teks bacaan untuk
memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan. Latar belakang pengalaman dan
pengetahuan pembaca memerlukan pemahaman terhadap isi bacaan, apalagi
pengalaman dan pengetahuan yang relevan dengan teks bacaan. Proses pemahaman
terhadap isi suatu bacaan dapat berlangsung dengan menghubungkan konsep-konsep
yang telah dipunyai dalam skemata struktur organisasi pengetahuan dan
pengalaman pembaca melalui proses asimilasi dan akomodasi.
d. Memahami
hubungan antara gambar bunyi dan bunyi, serta hubungan antara kata dengan
artinya. Hal ini terjadi pada saat membaca bersama ataupun membaca tidak
bersuara (dalam hati). Proses menghubungkan kata sebagai symbol dengan artinya
untuk memperoleh pemahaman sesuai dengan konteksnya terjadi dalam membaca.
e. Membuat
simpulan dan nilai bacaan. Membaca merupakan suatu proses berpikir. Pembaca
harus memahami kata-kata dan kalimat-kalimat yang dihadapinya melalui kegiatan
dalam proses asosiasi serta proses eksperimental. Pembaca membuat
simpulandengan menghubungkan proposisi yang terdapat dalam kalimat-kalimat
mengingai-ingat hal-hal yang telah dipelajari di masa lalu dab dari bacaan.
Pembaca harus berpikir secara sistematis, logis, dan kreatif agar dapat menilai
bacaan.
f. Meramunya
dengan ide-ide dari fakta-fakta baru yang diperolehnya bacaan untuk memperoleh
pengetahuan yang baru atau memperluas wawasanya tentang sesuatu. Dalam hal ini
membaca diartikan sebagai proses belajar.
Bowman and Bowman
(dalam Sugiarto 2002) menyebutkan bahwa membaca merupakan sarana yang tepat
untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning).
Dalam kehidupan, membaca sepanjang hayat mengalami kemajuan dan peningkatan
dalam kemampuan berpikir. Proses berpikir yang dikuasai pembaca ada empat,
yaitu berpikir mengenal lambang-lambang tulisan yang dibacanya, berpikir
memaknai bacaan, berpikir kritis untuk pemaknaan isi bacaan, dan berpikir
kreatifsil pemaknaan bacaan.
Pengertian
membaca sangat kompleks bisa disinonimkan dengan membaca kreatif versi Nurhadi.
Menurut Nurhadi (2004:60), tingkatan tetinggi dari membaca adalah membaca
kreatif. Ia menyatakan bahwa membaca kreatif adalah membaca yang tidak sekedar
menangkap makna tersurat, makna antarbaris, makna di balik baris, tetapi juga
mampu secara kreatif merupakan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari.
Haryadi (2006:4-5) membaca
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika
seperti keterampilan berbahasa lainnya (berbicara dan menulis). Dalam kegiatan
membaca, pembaca memerlukan dasar pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran
yang telah dikuasai. Pengetahuan yang diperlukan adalah pengetahuan yang
berkaitan dengan kebahasaan dan nonkebahasaan. Pengetahuan kebahasaan meliputi
pengetahuan tentang huruf, suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, wacana,
semantik, dan intonasi. Pengetahuan nonkebahasaan meliputi pengetahuan tentang
tema atau judul bacaan, setting, suasana, alur, organisasi tulisan dsb.
Klien
dkk (dalam Rahim 2005:3) mengemukakan bahwa membaca mencakup tiga hal, yaitu:
(1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategi, dan (3)
membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan
yang dimiliki pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
Membaca juga merupakan suatu strategi. Pembaca yang efektif menggunakan
berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka
mengonstruksikan makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan
jenis teks dan tujuan membaca. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca
dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang
bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang akan
dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi
interaksi antara pembaca dan teks.
Pengertian di atas merupakan pengertian
membaca yang mencakup proses pengenalan simbol,
pemahaman, berpikir kritis, dan kreatif. Pengertian
tersebut juga dapat disebut membaca kreatif. Dari
keempat klasifikasi pengertian membaca, pengertian yang paling lengkap adalah
pengertian sangat kompleks karena cakupannya paling lengkap. Pengertian
tersebut mencakup membaca sebagai proses penyandian kembali, pemaknaan isi
bacaan, pengolahan makna yang diperoleh, dan pemerolehan ide baru.
Banyaknya pengertian membaca yang ada mempunyai dampak
positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkannya adalah berikut ini.
1.
Adanya
berbagai pengertian tersebut membuat kita semakin sadar dan paham bahwa membaca
merupakan proses yang kompleks dan bertahap sehingga membaca dapat dilihat dari
berbagai kaca mata pandang.
2.
Banyaknya
pengertian tersebut berarti minat orang atu ahli untuk mengakajia membaca
semakin meningkat sehingga perkembangan ilmu membaca semakin berkembag atua
dapat berkembang dengan cepat.
3.
Orang
dapat memandang bahwa membaca merupakan proses atau kegiatan yang bisa
dilakukan dengan berbagai tahapan dan tidak harus semua tahapan.
4.
Pembaca
dapat memilih tahapan mana yang akan dilaksanakan sesuai dengan minat,
keperluan, dan kemampuan. Dan orang semakin sadar bahwa membaca merupakan
sebuah kebutuhan dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan ilmu dan
teknologi.
Dampak negatif dari berbagai pengertian membaca adalah
orang kebingunngan mengenai batasan mana yang benar dan yang dapat dipakai
sebagai acuan. Kebingungan itu biasanya dialami oleh orang awam atau orang yang
baru mulai mempelajari mengenai membaca. Banyaknya
pengertian membaca yang dikemukakan di atas berlatar belakang dari berbagai
hal, di antaranya adalah berikut ini.
1. Membaca
merupakan kegiatan kenyataan yang unik dan rumit, bahwa betapapun tingginya
kepandaian seseorangbelum pernah ada yang merumuskan membaca itu dengan baik.
2. Orang
dan atau kelompok orang dalam merumuskan pengertian membaca menggunakan
pendekatan, tujuan, dan pemilihan aspek yang berbeda.
3. Penemuan-penemuan
baru dalam studi membaca.
Satu hal yang
hendaknya dipahami oleh seseorang yang ingin melaksanakan kegiatan membaca
ialah tujuan. Tujuan membaca adalah sesuatu yang
ingin dicapai atau didapat pada saat membaca. Tujuan membaca dicanangkan oleh
pembaca sebelum dan pada saat membaca.
Tujuan membaca merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan membaca. Menurut Nurhadi (2004:2), salah
satu ciri pembaca yang baik yang dapat membaca secara efektif dan efisian
adalah membaca dengan tujuan yang jelas. tujuan dianggap sebagai modal dalam
membaca. Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat
signifikan. Inilah yang mendorong para
ahli menyepakati bahwa tujuan membaca merupakan modal utama membaca.
Seseorang
yang membaca dengan tujuan yang jelas cenderung lebih memahami dibandingkan
dengan orang yang tidak memiliki tujuan membaca yang jelas, meskipun akhir dari
tujuan utama membaca adalah mendapatkan informasi dari bacaan yang dibaca,
namun hal tersebut kurang cukup mengingat banyak jenis bacaan. Dalam kegiatan
membaca di kelas, guru hendaknya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan
tujuan khusus yang sesuai dengan tujuan siswa membaca itu sendiri.
Seperti dengan batasan membaca, tujuan
membaca juga sangat beragam. Pembaca mempunyai keleluasaan dalam menentukan
tujuan yang ingin dicapainya sehingga pembaca mempunyai tujuan yang berbeda
pada setiap kali membaca. Pembaca yang satu dengan yang lainnya mempunyai
kepentingan yang berbeda-beda juga sehingga tujuannya menjadi berbeda-beda.
Dari berbagai keragaman tujuan membaca,
membaca dapat diklasifikasi berdasarkan bersuara tidaknya pada saat membaca,
dari mana munculnya tujuan, dan kebutuhan. Berdasarkan disuarakan tidaknya
sewaktu membaca tujuan dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu bertujuan untuk
diri sendiri dan orang lain. Tujuan untuk diri sendiri dilaksanakan sewaktu
pembaca membaca dalam hati, sedangkan tujuan untuk orang lain dilaksanakan pada
saat pembaca membaca nyaring.
Ragam tujuan untuk diri sendiri ada
dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Ragam tujuan untuk orang lain ada tiga,
yaitu memberi tahu, memerintah, dan protokuler. Yang termasuk dalam tujuan
memberi tahu ialah membacakan pengumuman dan berita. Ragam tujuan
memerintah/memberi aba-aba/meminta terwujudkan sewaktu membacakan petunjuk,
susunan acara, dan doa. Ragam tujuan protokuler pada saat membacakan teks undang-undang,
pancasila, dan teks proklamasi.
Berdasarkan dari mana munculnya tujuan
dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu tujuan intern dan ekstern. Tujuan intern
adalah tujuan yang dicanangkan berdasarkan keinginan pembaca. Tujuan intern
dapat berupa tujuan umum dan khusus. Tujuan ekstern adalah tujuan yang
dicanangkan dikarenakan keinginan atau perintah orang lain. Tujuan ekstern
dikondisikan oleh guru, orang tua, adik, kakak, teman, kakek, nenek dan yang
lainnya. Dalam rangka pembelajaran, tujuan yang dikondisikan guru untuk studi.
Misalnya tujuan untuk merangkum/meringkas materi, menjawab pertanyaan, membuat
makalah, mengomentari, memberi saran, membuat simpulan, mempersiapkan diskusi,
dan sumber tulisan.
Berdasarkan kebutuhan tujuan membaca
dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum atau
utama adalah tujuan yang umumnya atau
sering kali atau selalu dicanangkan oleh pembaca sewaktu membaca. Tujuan khusus
adalah tujuan yang dicanangkan pembaca pada saat tertentu sesuai situasi dan kondisi.
Tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan pendapat para ahli berbeda-beda.
keberbedaan tersebut dapat dicermati pada uraian di bawah ini.
Menurut Anderson (dalam Tarigan (1994:
9-10), tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. Sedangkan, tujuan khusus membaca antara
lain: (1) membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah
dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang
telah terjadi pada tokoh khusus; atau untuk memecahkan masalah-masalah yang
dibuat oleh sang tokoh, membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh
perincian-perincian atau fakta-fakta, (2) membaca untuk mengetahui mengapa hal
itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,
apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal
yang dilakukan sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut
membaca untuk memperoleh ide-ide utama, (3) membaca untuk menemukan atau
mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi
mula-mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, setiap tahap dibuat untuk
memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian yang dibuat
dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau sususan
organisasi cerita, (4) membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para
tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
sang pengarang kepda para pembaca, mengapa para tokoh berubah,
kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau
gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi, (5) membaca
untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai
seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau
tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokan, membaca untuk
mengklasifikasikan, (6) membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau
hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang
diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam
cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi, dan (7) membaca
untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya
berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai
persamaan, bagaimana sang tokoh mengenal pembaca. Ini disebut membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan.
Nurhadi (1987
dalam Ardiana dkk. 2002:6) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah (1) mendapat
alat tertentu yaitu membaca untuk
memperoleh sesuatu yang bersifat praktis, (2) mendapat hasil yang berupa
prestise, membaca untuk mendapatkan rasa lebih bila dibandingkan dengan orang
lain dalam lingkungannya, (3) memperkuat nilai pribadi atau keyakinan, (4)
mengganti pengalaman estetika yang sudah usang, (5) menghindari diri dari
kesulitan, kekuatan, atau penyakit tertentu. Kemudian secara khusus Nurhadi
membagi tujuan membaca menjadi dua yaitu umum dan khusus. Secara umum tujuan
membaca adalah (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3)
memperoleh kesenangan. Secara khusus tujuan membaca adalah (1) mendapatkan
informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan
problematik, (3) memberikan penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4)
memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengatasi waktu luang.
Menurut Nurhadi (2004:14), ada enam
variasi tujuan membaca, yaitu (1)
membaca untuk tujuan studi atau telaah ilmiah, (2) membaca untuk menangkap
garis besar bacaan, (3) membaca untuk menikmati karya sastra, (4) membaca untuk
mengisi waktu luang, dan (6) membaca untuk mencari keterangan tentang suatu
yang ilmiah.
Mulyati (1998:55) menyebutkan bahwa
pada dasarnya, tujuan membaca ialah mamahami apa yang dibaca/isi bacaan, selain
memahami masalah atau topiknya, selanjutnya memahami mengapa, siapa, bagaimana,
kapan, dan dimana terjadi suatu peristiwa. Secara lebih khusus mulyati, masih
dari sumber yang sama beliau menyebutkan bahwa tujuan membaca ada empat macam,
yaitu untuk mengisis waktu luang, untuk mencari hiburan, untuk kepentingan
studi, dan untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;
Sementara itu, Supriyadi (1996:128)
memberikan tambahan atas tujuan membaca yang dikemukakakn oleh Mulyati.
Menurutnya membaca dilakukan seseorang dengan tujuan untuk mengisis waktu
luang, untuk mencari hiburan, untuk kepentingan studi, untuk mencari informasi
dan menambah pengetahuan, memperkaya perbendaharaan kosa kata, dan memupuk
perkembangan keharuan dan keindahan;
Tujuan orang membaca menurut Subiyakto
dan Nababan (1993:164) adalah untuk mengerti atau memahami isi atau pesan yang
terkandung dalam suatu bacaan seefisien mungkin dalam mencari informasi yang
bersifat:
1)
Kognitif dan
intelektual, yakni digunakan seseorang untuk menambah keilmiahhannya sendiri;
2)
Referensial dan
faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk menegetahui fakta-fakta yang
nyata di dunia ini;
3)
Aktif dan emisional,
yakni yang digunakan seseorang untuk mencarai kenikmatan dalam membaca.
Tujuan membaca oleh Rahim (2005:11) dijabarkan sebagai
berikut: (1) kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan
strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (5)
mengaitkan informasi baru dengan informsi yang telah diketahui, (6) memperoleh
informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) menginformasikan atau menolak
prediksi, (8) menampilkan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam
beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Menurut Syafi’ie (1996:46) tujuan membaca adalah agar
pembaca mampu memahami pesan-pesan komunikasi yang disampaikan dengan medium
bahasa tulis dengan cermat, tepat dan cepat secara kritis dan kreatif. Cermat,
tepat dan cepat sangat dibutuhkan dalam memahami suatu informasi agar pemahaman
terhadap isi bacaan dapat tergali secara maksimal.
Hal yang sama juga
disampaikan oleh Haryadi (2006:4) menyatakan bahwa tujuan membaca adalah untuk
mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan.
Mengenai tujuan membaca yang lain Widyamartaya (dalam
Haryadi 2006:7) menambahkan jika membaca dapat membuat orang menjadi arif. Hal ini
dikarenakan dengan membaca orang menjadi luas cakrawala hidupnya, memberi
sebuah perenungan bagi pembaca, dan memberikan rasa senang saat membaca apa
yang dituturkan oleh penulis. Membaca juga berpengaruh pada pembentukan jiwa
anak. Melalui membaca anak mampu menciptakan minat terhadap apa yang sedang ia
pelajari dan hal ini akan lebih berarti jika minat itu dihubungkan dengan dunia
nyata.
Sedangkan
tujuan membaca menurut Widyamartoyo (2004:140) adalah membuat seseorang menjadi
arif dengan alasan :
a
Dengan membaca orang
akan menjadi luas cakrawala hidupnya;
b
Dengan membaca buku,
pembaca dibawa dalam dunia pikiran dan renungan;
c
Dengan membaca orang
menjadi memesona dan merasa nikmat dalam tutur katanya.
Tujuan
berbahasa secara umum ada empat yaitu tujuan penalaran, tujuan instrumen,
tujuan integratif, dan tujuan kebudayaan. Tujuan membaca tidak dapat lepas dari
keempat tujuan berbahasa secara umum. Tujuan penalaran berkaitan dengan
kesanggupan berfikir dan pengungkapan identitas dan kepribadian seseorang,
tujuan instrumen berkaitan dengan penggunaan bahasa untuk kepentingan praktis
dan konkrit, tujuan integratif berhubungan dengan lingkungan, dan tujuan
kebudayaan berkaitan dengan keinginan
seseorang dalam memperdalam pengetahuannya mengenai suatu kebudayaan tertentu.
Manfaat
adalah guna, faedah atau sesuatu yang diperoleh. Manfaat membaca adalah sesuatu
yang diperoleh dari kegiatan membaca. Manfaat membaca merupakan hasil yang
didapat pembaca setelah membaca. Jika tujuan membaca dilihat sebelum atau
sewaktu membaca, manfaat membaca dapat dilihat setelah membaca.
Membaca
merupakan salah satu asperk berbahasa yang sangat bermanfaat. Dengan membaca
dapat memperoleh informasi, gagasan, pendapat, pesan, dan lain-lain yang
disampaikan oleh penulis melalui lambang-lambang grafis yang sudah dikenal.
Dengan kata lain melalui kegiatan membaca akan diperoleh berbagai informasi
dunia. Dengan membaca
kita mencoba mendapatkan informasi hingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan.
Pengetahuan itu sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk dinamisasi
kehidupan, memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan hidup, dan
mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup manusia.
Sehingga membaca juga mengantarkan pembacanya pada proses keeksisan untuk
hidup.
Membaca
sangat fungsional dalam hidup dan kehidupan manusia. Membaca adalah kunci ke
arah gudang ilmu. Melalui kegiatan membaca, kita pasti mendapatkan manfaat.
Membaca merupakan gerbang utama seseorang masuk ke dalam ilmu pengetahuan.
Dengan membaca, berarti seseorang berkomunikasi dengan pemikir-pemikir kenamaan
dari segala penjuru dunia. Seseorang dapat mengetahui peristiwa tentang sejarah
dan kebudayaan suatu bangsa.
Para
ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang manfaat membaca diantaranya adalah
Hernowo, Hanifiah, dan Sari. Hernowo (2005:36) mengemukakan bahwa manfaat
membaca, yaitu (1) membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa
dan sintaksis; (2) banyak buku dan artikel yang mengajak seseorang untuk
berintrospeksi atau melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan
hubungan kita dengan orang lain; (3) membaca memicu imajinasi. Dengan banyak
membaca, seseorang dapat menyerap sebanyak mungkin pengetahuan atau pengalaman
dari orang lain. Selain itu, seseorang dapat menyelami perasaan orang lain dari
buku yang dibacanya.
Hanifiah(2006,http://hanifiah.blogspot.com/2006/10/manfaatmembaca.
html., diunduh pada
tanggal 28 November 2009, pukul 19.44 WIB) berpendapat bahwa manfaat membaca
meliputi (1) membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan; (2) ketika sibuk
membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan; (3) kebiasaan membaca
membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan
tidak mau bekerja; (4) dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan
keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata; (5) membaca membantu mengembangkan
pemikiran dan menjernihkan cara berpikir; (6) membaca meningkatkan pengetahuan
seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman; (7) dengan membaca, orang
mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, kearifan orang bijaksana, dan
pemahaman para sarjana; (8) dengan sering membaca, orang mengembangkan
kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk
mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup; (9) membaca
membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan
menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia; (10) dengan sering membaca, orang
bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat,
lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep untuk
memahami apa yang tertulis “di antara baris demi baris” (memahami apa yang
tersirat).
Sari
(2007, http://sari1985.blogdetik.com//2007/21/manfaat-membaca.
html., diunduh pada tanggal 28 November
2009, pukul 19.58 WIB) berpendapat bahwa manfaat membaca meliputi (1) menemukan
sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangat berguna dalam praktik hidup
sehari-hari; (2) berkomunikasi dengan pemikiran, pesan, dan kesan
pemikir-pemikir kenamaan dari segala penjuru dunia; (3) mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dunia; (4) mengikuti peristiwa besar
dalam sejarah, peradaban, dan kebudayaan suatu bangsa; (5) memecahkan berbagai
masalah kehidupan dan menghantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa manfaat membaca, yaitu (1) mengisi
waktu luang serta menyegarkan pikiran dari rasa jenuh; (2) mendapat pengetahuan
yang luas; (3) dapat menyelami atau merasakan perasaan orang lain, baik
pemikiran, pesan, dan kesan; (4) mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara
berpikir; (5) mengusai banyak kata, serta konsep untuk menjawab semua
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek membaca adalah
kegiatan yang kompleks, membaca terdiri atas memahami bahasa tulis, bacaan dan
tulisan bukanlah faktor yang universal karena banyak bahasa yang tidak mengenal
bentuk tulisan. Sifat bacaan adalah visual, terorganisasi dan sistematis,
arbiter, dan abstrak tetapi bermakna dan dan berkaitan dengan suatu bahasa dan
masyarakat.
Menurut
Broghton (dalam Tarigan 2008:11) ada dua aspek penting dalam membaca,
yaitu keterampilan yang bersifat
mekanis, dan keterampilan bersifat pemahaman. Aspek keterampilan yang bersifat
mekanis (Mechanical skill) yang merupakan urutan paling rendah, yaitu (1)
mengenal huruf. (2)
mengenal unsur-unsur linguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat dan
lain-lain). (3) pengenalan hubungan atau
korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis “to
bark at print”). (4) kecepatan membaca beratraf rendah.
Sedagkan aspek keterampilan
yang bersifat pemahaman (Comprehention skill) yang merupakan urutan, yaitu (1)
memahami pengetian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal). (2) memahami
makna (makna dan tujuan pengarang relevensilkeadaan kebudayaan, reaksi
pembaca). (3) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk). (4) kecepatan membaca yang
fleksibel dan mudah disesuaikan dengan keadaan (Broghton dalam tarigan
1993:12).
Agar dapat mencapai tujuan
yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical
skills). Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan pemahaman
(comprehension skills) maka yang
paling tepat adalah membaca dalam hati
(silent reading).
Membaca
dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu : a) membaca ekstensif, dan membaca
intensif. Membaca ekstensif meliputi : membaca survey (survey reading), membaca sekilas (skimming reading), membaca dangkal (superficial reading), yang mencakup : 1) membaca teliti (close reading), 2) membaca pemahaman (comprehensive reading), 3) membca kritis
(critical reading), 4) membaca ide (reading for ideas), c) membaca bahasa
asing (languagestudy reading), yang
mencakup : 1) membaca bahasa asing (foreign
language reading), dan 2) membaca
sastra (literary reading ).
Membaca dengan metode kata
dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek mekanik dan aspek konseptual. Aspek
mekanik merupakan cara mata bergerak melihat kata demi kata pada sebuah bacaan.
Aspek konseptual merupakan cara otak memahami atau menangkap makna-makna yang
terkandung dalam kata-kata yang dibaca.
Berdasrkan
urauian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua aspek penting dalam
membaca, yaitu keterampilan yang besifat mekanis dan keterampilan yang bersifat
pemahaman. Pada keterampilan yang bersifat mekanis dan mencakup pengalaman
bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik, pengenalan
hubungan/korespondensi: pola ejaan dan bunyi, dan kecepatan membaca bertaraf lambat.
Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension
skills). Aspek ini mencakup : a) memahami pengertian sederhana (leksikal,
gramatikal, retorikal); b)memahami signifikasi atau makna, antara lain maksud
dan tujuan pengarang, relevansi budaya reaksi pembaca, dan c) kecepatan membaca
yang fleksibel.
Teori tentang membaca dapat
memberikan nilai dan fungsi tersendiri dari studi membaca dan pengajarannya.
Nilai dan fungsi ini bagi pembaca, pembina, dan atau para peneliti. Teori
membaca berbeda-beda tergantung dari pendekatan yang dianut. Disamping teori
membaca, pendekatan juga melatarbelakangi munculnya model membaca.
Pendekatan
yang melatarbelakangi teori membaca ada tiga, yaitu pendekatan konseptual,
empirikal, dan pendekatan eksperimental (Harjasujana 1997).
Pendekatan ini meliputi macam-macam metodologi
pendekatan yang kesemuanya berangkat dari satu konsepsi tentang membacadan
berkesudahan dengan suatu model tertentu tentang proses membaca. Tokoh dalam
pendekatan ini adalah Kenneth S. Godman. Ia
menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya merupakan proses komunikasi, yaitu
komunikasi antara pembaca dengan tuturan tertulisyang dibacanya. Hal tersebut
merupakna yang melatarbelakangi pendekatan konseptual.